Refleksi Terbalik: Ketika Evaluator Kehilangan Cermin"


Refleksi Terbalik: Ketika Evaluator Kehilangan Cermin"

Jupri Kadir (Kader yang di disiplinkan tanpa rasionalisasi)
Jupri Kadir (Kader yang di disiplinkan tanpa rasionalisasi)

Opini: sabtu, 25 Oktober 2025

Menarik membaca tulisan Edo yang berbicara tentang “krisis identitas organisasi” dan “menjilat kekuasaan.”

Namun sebelum terlalu jauh menggurui tentang moralitas dan independensi, ada baiknya Edo bercermin dulu apa sebenarnya fungsi dan kontribusi-mu di HPMI-GU saat masih menjadi kader?

Sebab setahu saya, yang tersisa dari jejakmu di organisasi ini bukanlah karya, bukan pula pengabdian,

melainkan konflik, arogansi, dan luka kaderisasi yang kau tinggalkan sebelum kau memutuskan untuk mundur dengan alasan “idealismemu ditolak.”

Padahal yang sebenarnya terjadi, bukan idealisme yang ditolak, tapi sikapmu yang menolak tata krama dan rasionalitas organisasi.

Kau menyerang senior, memancing debat yang tak perlu, bahkan mencari keributan dengan sesama kader hanya demi membuktikan bahwa kau paling benar.

Begitu yakin bahwa suara kerasmu adalah kebenaran, padahal yang terdengar hanyalah ego yang belum matang.

Dan hari ini, kau menulis seolah menjadi juru selamat organisasi.

Lucu sekali, Edo. Orang yang dulu minim kontribusi, kini bicara tentang “arah perjuangan organisasi.”Orang yang dulu bahkan tak menghargai senior, kini menasihati pengurus soal etika dan jati diri.

Apakah kau lupa, dulu kau sendiri ditampar oleh realitas yang kau buat sendiri karena kau tak bisa membedakan antara perlawanan dan pembangkangan?

Kau sering bicara soal kemerdekaan individu, tapi lupa bahwa kemerdekaan tanpa nalar adalah kesesatan.

Kau menolak disiplin organisasi, tapi menuntut dihormati seolah kau nabi yang membawa wahyu kebenaran.

Aku masih ingat betul saat aku sendiri pernah kau tampar tanpa rasionalisasi.

Tanpa sebab yang jelas, hanya karena aku tak mau tunduk pada perintah yang tak masuk akal.

Aku bukan sapi, Edo. Aku kader yang lahir dari kesadaran, bukan dari cambuk ketakutan.

Aku rela ditampar kalau itu karena kesalahanku, tapi bukan karena egomu yang tersinggung oleh pikiran yang berbeda.

Kau suka berbicara tentang “independensi organisasi,” tapi selama di HPMI-GU kau tak pernah sekalipun memperjuangkannya dengan kerja nyata.

Kau tak pernah menulis satu gagasan strategis, tak pernah menggerakkan satu langkah organisasi, tak pernah memberi satu napas perjuangan untuk masyarakat Gorontalo Utara.

Yang kau tinggalkan hanyalah jejak amarah, bukan perubahan.

Lalu kini kau menulis tentang moralitas dan integritas seolah-olah HPMI-GU ini kehilangan arah setelah kau pergi,

padahal kami justru mulai tenang dan solid ketika bayang-bayangmu sirna dari tubuh organisasi.

Kau menulis bahwa organisasi ini “bersetubuh dengan kekuasaan,”

padahal kami yang tersisa di sini justru berjuang melawan ego orang sepertimu yang menjadikan idealisme sebagai topeng untuk menutupi ambisi pribadi.

Kau bukan korban dari sistem, Edo. Kau hanyalah mantan kader yang tak mampu tunduk pada nilai, dan tak tahu caranya menghormati proses.

Tulisanmu mungkin terdengar cerdas, tapi kehilangan jiwa kader. Kata-katamu penuh teori, tapi hampa kontribusi.

Kau bicara tentang evaluasi kekuasaan, padahal yang perlu dievaluasi terlebih dahulu adalah dirimu sendiri.

Kami tidak anti kritik, tapi kami muak dengan mereka yang berbicara tentang perubahan tanpa pernah menanam kerja.

Kau boleh menulis seribu kali tentang “jati diri organisasi,”

tapi kami tahu siapa dirimu orang yang dulu memilih jalan keluar saat tak mampu lagi mengendalikan amarahnya sendiri.

Maka biarlah ini jadi catatan, bukan untuk menjatuhkanmu,tapi agar sejarah tahu:

yang paling keras berbicara tentang kebenaran, seringkali adalah yang paling dulu melanggarnya.

Thankyou edo Hormat saya Kader 19 yang di disiplinkan tanpa rasionalisasi. 

#jup

Posting Komentar

0 Komentar